Cerita Situs Yomokho, Awal Mula Kehidupan Masyarakat Sentani di Jayapura

Tim Rumah Menulis Papua Universal (RUMPUN), saat mengunjungi Situs Yomokho di Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, Papua. (Dok: Yewen).


JAYAPURA,SUARAMATYAF- Para tim yang terdiri dari Peneliti Balai Arkeologi Papua bersama dengan para dosen dan mahasiswa dari Institut Seni dan Budaya Indonesia (ISBI) Papua serta para mahasiswa yang tergabung dalam Rumah Menulis Papua Universal (RUMPUN) melakukan perjalanan dari Dermaga Khalhote sekitar pukul 13.49 Wit menuju ke Situs Yomokho.

 

Perjalanan ke Situs Yomokho tim harus berjalan kaki mengikuti jalan raya yang telah di aspal. Perjalanan ke Situs Yomokho membutuhkan waktu kurang lebih 10 menit. Setelah itu, tim harus menaiki gunung, sehingga bisa sampai ke  puncak Situs Yomokho yang diketahui merupakan lokasi pertama perkampungan di wilayah pesisir Danau  Sentani.

 

Satu per satu dari tim harus berhati-hati menaiki gunung menuju ke Situs Yomokho, sebab kondisi tanah yang  licin. Beberapa orang dari tim merasa kesulitan untuk menaiki gunung, sebab sepatu dan sandal yang digunakan juga tidak bersahabat dengan tanah, sehingga mengalami kesulitan ketika harus menaiki gunung tersebut.

 

Beberapa orang dari tim terlihat berkeringat, sehingga sesekali menggunakan tangan untuk menghapus keringat yang keluar dari testa mereka masih-masing. Keringat dan perjuangan saat menaiki gunung rasa-rasa terbayarkan setelah melihat keindahan Danau Sentani dari ketinggian Situs Yomokho.

 

“Wah indah sekali,” kata Maria Bayububun sambil bersama-sama dengan beberapa orang tim mengabadikan momen ini dengan melakukan foto selfie bersama dengan bengraund Danau Sentani.

 

Dari atas Situs Yomokho terlihat dengan jelas dibagian timur terdapat hamparan hutan sagu yang tumbuh dan menjulang tinggi kearah langit. Meskipun sebagian hutan sagu telah ditebang untuk pembangunan jalan raya. Dibagian utara terdapat Danau Sentani dan Kampung Asei Pulau terlihat sangat jelas keindahan dan penoramanya. Dibagian barat terlihat Kampung Ifar Besar dan beberapa kampung lainnya. Sedangkan dibagian utara terlihat dengan jelas Lapangan Papua Bangkit Lukas Enembe yang berada di Kampung Harapan.

 

Tak hanya itu, terlintas di atas langit di bawah Danau Sentani terlihat dengan jelas pesawat dari arah Sentani Timur yang telah siap-siap untuk mendarat di Bandara Sentani yang berada dibagian bagian barat Sentani Tengah.

 

“Pemandangan dari atas Situs Yomokho ini bagus sekali. Kita bisa lihat pesawat ketika akan mendarat di Sentani ketika melewati Danau Sentani,” kata salah salah satu warga Kampung Asei, Corry Ohee sambil menunjuk ke arah pesawat yang bersiap-siap untuk mendarat ketika melewati Danau Sentani.

 

Peneliti Balai Arkeologi Papua telah melakukan penelitian sejak tahun 2010, 2011 dan tahun 2012 dan 2018, untuk mengetahui tentang kehidupan masyarakat Sentani di Situs Yomokho tersebut. 

 

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Balai Arkeologi Papua berhasil mengungkapkan bahwa kehidupan awal masyarakat di pesisir Danau Sentani ini berawal dari Situs Yomokho di bagian Sentani Timur kemudian menyebar ke Sentani Tengah dan Sentani Barat. 

 

Balai Arkeologi sendiri belum melakukan penelitian terhadap peninggalan pra sejarah di wilayah Sentani Tengah dan wilayah Sentani Barat, sehingga kesimpulan sementara bahwa kehidupan masyarakat di pesisir Danau Sentani ini pada awalnya berada di Situs Yomokho kemudian menyebar wilayah Sentani Tengah dan Sentani Barat. 

 

Penelitian yang dilakukan dari Balai Arkeologi Papua adalah mengambil arang yang merupakan bekas bakar dari kehidupan masa lampau. Untuk mendapatkan arang Balai Arkeologi Papua harus mengali hingga kedalaman kurang lebih 180 cm dengan ukuran kotak 1×2.

 

Dari tahun 2010, 2011, 2018 pihak Balai Arkeologi Papua telah lakukan penelitian di Situs Yomokho. Untuk arang sendiri ditemukan pada tahun 2011 dan tahun 2012 dilakukan uji laboratorium. Hasil laboratorium menyebutkan bahwa kehidupan masyarakat di Situs Yomokho telah ada sejak 2.590 tahun yang lalu. 

 

"Masyarakat Sentani mereka hidup di sini (Yomokho), karena dekat dengan sagu, dekat dengan air danau untuk minum, tetapi juga mencari ikan, siput untuk di makan. Sagu kan untuk mereka buat papeda," ungkap Peneliti Balai Arkeologi Papua, Hari Suroto sambil memperlihatkan tempat pengalian di Situs Yomokho. 

 

Tidak hanya menemukan arang, tetapi di Situs Yomokho juga ditemukan tulang dan tengkorak manusia, benda-benda yang digunakan untuk masak seperti gerabah atau sempe dan benda-benda lainnya. 

 

Selain itu, sepanjang Situs Yomokho terdapat batu-batuan yang telah dihampar sepanjang jalan. Sementara di samping kiri dan kanan jalan merupakan pemukiman rumah warga. Batu-batu tersebut masih ada sampai sekarang meskipun terpeleh oleh alang-alang yang menjulang tinggi. 


Penulis: Mutiara Lembah

Posting Komentar

0 Komentar

DPP ICAKAP Siap Gelar Rakernas ke IV di Kota Sorong, Papua Barat Daya