Mengenal Tarian Tomatoae Dari Suku Molof Keerom Papua

Tarian Tomatoae dari Suku Molof, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, saat dipentaskan dalam kegiatan Festival Budaya Keerom ke VIII yang berlangsung di Lapangan Sepak Bola Swakarsa, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua, Jumat (24/11/2023).

 

KEEROM,SUARAMATYAF.COM- Tarian Tomatoae yang berasal dari Suku Molof, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Papua ditampilkan dalam kegiatan Festival Budaya Keerom ke VIII di Lapangan Sepak Bola Kampung Swakarsa, Distrik Arso, Kabupaten Keerom, Papua, Jumat (24/11/2023).

 

Para penari dalam tarian Tomatoe ini berjumlah sekitar 20 hingga 30 orang. Mereka terdiri dari para laki-laki dan perempuan. 

 

Para penari pria memegang senjata tradisional berupa anak panah dan busur, menggenakan bulu kasuari di kepala dan menghiasi tubuhnya dengan dedaunan dari kaki hingga bagian kepala.

 

Sedangkan para wania memakai manik-manik di testa, dihiasi bulu burung, memakai rok tradisional yang dibuat dari kulit kayu, lalu menghiasi tubuhnya dengan peralatan tradisional lainnya. 

 

Proses Tarian Tomatoe

 

Para penari laki-laki membawa anak panah dan busur berada paling depan dengan membentuk dua baris.

 

Sambil membunyikan busur menggunakan anak panah yang dipegang oleh para penari laki-laki, mereka lantas menyanyi bersama menggunakan bahasa daerah.

 

Tarian Tomatoae ini membentuk dua baris dan menari mengelilingi salah satu orang yang duduk atau terbaring dengan kondisi sakit dibagian tengah. 

 

Ada sekitar 10 kali para penari melakukan tarian sambil bernyanyi mengelilingi salah seorang pria yang terbaring di tengahnya. 

 

Tarian Nenek Moyang

 

Penanggung Jawab Tarian Tomotoae dari Suku Molof, Distrik Senggi, Kabupaten Keerom, Yusup Tiar mengatakan, Tarian Tomotoae adalah tarian nenek moyang yang ditampilkan oleh para penari dari Suku Molof.

 

“Ini tarian nenek moyang. Tarian ini dia menunjukkan bangsa dan dunia,” ungkapnya kepada Suaramatyaf.com Jumat sore.

 

Kata Yusup, Tarian Tomotoae ini tdak ditampilkan semuanya, hanya beberapa gerakan yang ditampilkan saja dalam kegiatan festival ini.

 

“Tarian ini kami hanya tampilkan secara garis besar saja dan saya juga sampaikan di atas-atas saja,” ucapnya.

 

Dia menyatakan, secara garis besar tarian ini menggambarkan tentang bangsa Papua, terutama kekayaan alam yang ada saat ini dimiliki oleh orang Papua, baik yang ada dibalik tanah, maupun yang ada tumbuh di Papua.

 

“Tarian ini sudah yang kita punya moyang menggambarkan tentang suku bangsa, dimana beda-beda suku dia (moyang) yang bagi, peralatan dan kekayaan alam di tanah Papua,” ujarnya.

 

Arti Lain Suku Molof Adalah “Paule”

 

Yusup yang juga merupakan tokoh adat dari Suku Molof ini menjelaskan bahwa sebutan Molof sebenarnya menggunakan bahasa melayu atau bahasa Indonesia. 

 

Namun sejak moyang dan saat ini sebenarnya sebutan asli dari Suku Molof adalah Paule. Ini merupakan sebutan nenek moyang kepada suku tersebut.

 

“Dari Suku Paule ini ada tiga sub suku, yaitu Talasi, Tiarsi dan Porwasi. Ini khususnya berada di wilayah Paule yang ada di Distrik Senggi, Kabupaten Keerom,” jelasnya.

 

Suku Molof atau Paule ini memiliki Sanggar yang diberi nama Tiarsi. Kehadiran sanggar ini untuk mengangkat kembali kebudayaan masyarakat adat yang ada di suku tersebut.

 

“Pertama kali kami tampil dari Sanggar Tiarsi ini langsung mendapatkan juara, saat mengikuti Festival Budaya Keerom tahun lalu,” ujarnya.


 

Penulis: Walter

 

Posting Komentar

0 Komentar

DPP ICAKAP Siap Gelar Rakernas ke IV di Kota Sorong, Papua Barat Daya